Jumat, 14 September 2012

legenda banyuwangi



ASAL USUL BANYUWANGI



Pada suatu zaman dahulu di bagian timur pulau jawa itu terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang  raja yang bernama Sri Baginda. Beliau sangat bijaksana namun sangat disayangkan, disamping hal itu beliau memiliki sifat yang tidak dapat ditolak, sekali ada diantara raja-raja tetangga itu berbuat salah, walaupun hanya sebuah kesalah pahaman Sri Baginda sangatlah murka.
Suatu ketika raja dari Kerajaan Kelungkung berbuat kesalahan sehingga membuat  Sri Baginda sangatlah murka. Oleh karena itu Sri Baginda langsung menyerbu Kelungkung dan akhirnya Kerajaan Kelungkung porak poranda. Sri Baginda memiliki seorang anak laki-laki yang sangat tampan, gagah perkasa, dan cerdas ia bernama Raja Banterang. Namun Raja Banterang ternyata memiliki sifat yang sama seperti ayahnya, ia sangat mudah tersinggung dan lekas marah. Oleh karena itu sang Permaisuri merasa bersedih melihat kelakuan anaknya, kemudian ia melaporkannya kepada Sri Baginda namun ia tak dapat berbuat apa-apa lagi ia hanya bisa bersabar. Pada suatu hari Raja Banterang meminta izin kepada Permaisuri dan Sri Baginda untuk pergi berburu di hutan terlarang. Setelah mendapat izin kemudian Raja Banterang pergi dengan dikawali oleh orang-orang yang ahli berburu. Setelah memasuki hutan tersebut Raja Banterang tiba-tiba tersesat dengan teman-temannya itu, ia pun merasa cemas karena di dalam hutan hanya terdapat ia seorang.
Setelah berjalan begitu jauh, tiba-tiba melalui semak-semak ia melihat seorang gadis yang berparas sangat menawan, cantik, putih, seperti seorang bidadari. Karena penasaran Raja Banterang berkenalan dengan gadis tersebut yang bernama Puteri Surati, dan ternyata gadis tersebut berasal dari Kerajaan Kelungkung. Ia tersentak kaget, namun karena rasa kecintaannya kepada Puteri Surati, Raja Banterang lalu mengajak Puteri Surati untuk tinggal bersamanya. Setelah sampai di kerajaan, Puteri Surati tidak merasa kaget melihat bahwa Raja Banterang adalah seorang raja. Beberapa haripun telah berlalu, ternyata sang Permaisuri dan Sri Bangida telah menjodohkan keduanya dan mereka segera menikah. Setelah acara pernikahan selesai, Puteri Surati merasa bosan dan meminta suaminya Raja Banterang untuk memburukannya seekor rusa. Raja Banterang pun pergi ke hutan, karena lama menunggu akhirnya Puteri Surati pergi ke luar Kerajaan,di depan ia bertemu dengan seorang pengemis. Saat ia akan memberikan uang kepada pengemis itu, ia melihat bahwa pengemis itu adalah kakaknya yang dulu sempat terpisah dengannya karena penyerangan Sri Baginda terhadap kerajaan Kelungkung. Namun kakak surati membenci adiknya,karena ia tinggal bersama orang yang telah membunuh kedua orang tuanya beserta rakyat kerajaannya itu. Lalu ia dititipkan kain ikat untuk disimpan di bawah bantal tempat tidurnya. Kemudian, kakak Surati bergegas pergi dan menyusul Raja Banterang ke hutan, ia berjalan tertatih seperti halnya pengemis.
Saat itu, Raja Banterang sedang duduk di bawah pohon setelah berhasil berburu seekor rusa. Pengemis itu datang dan mengatakan bahwa Puteri Surati ingin membunuh  Raja Banterang beserta keluarganya, Raja Banterang seakan tak percaya namun ia penasaran dan bergegas pulang. Setelah sampai ia langsung membuka bantal tersebut dan melihat di bawah bantalnya  terdapat seikat kain kepala. Raja banterang marah,karena itu ia langsung membawa Puteri Surati ke pinggir pantai dan menyodorkan sebuah keris dan berniat untuk mebunuh Puteri Surati. Namun, Puteri Surati tidak pernah berbohong kepada suaminya itu, tetapi Raja Banterang tidak percaya akan hal itu, Puteri Surati berpesan jika Puteri Surati tak berbohong maka air laut ini akan berbau harum setelah ia menenggelamkan dirinya tetapi jika air laut ini tidak mengeluarkan aroma wangi maka Puteri Surati telah berbohong. Puteri Surati menyeburkan dirinya ke laut dan tak muncul-muncul lagi. Tiba-tiba muncul aroma wangi yang sangat menyengat, itu berarti Puteri Surati tak berbohong, Raja Banterang bersedih karena ia tidak mempercayai istrinya itu,ia sungguh menyesal.
Buku ini sangat membantu kita untuk lebih bisa memahami tentang sejarah terjadinya sebuah peristiwa yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh masyarakat luas di Indonesia. Selain itu bahasa yang digunakan mudah dimengerti dan menarik sehingga kita tidak bosan membacanya.
Oleh: Erlintan Yunianingsih, dalam tempo,
31 Agustus 2012
                                                                                                                                                               

Tidak ada komentar: